Baca Al-Qur’an via Smartphone Tanpa Wudu, Bolehkah? (Perspektif Informatika)
Penulis: Nurochman, S.Kom., M.Kom.
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang membacanya merupakan ibadah. Seorang muslim yang membaca Al-Qur’an dijanjikan akan mendapat pahala meskipun dia tidak mengetahui atau memahami arti dan maknanya sekalipun. Bahkan seorang muslim yang hanya mendengarkan bacaan Al-Qur’an pun tetap dicatat sebagai ibadah dan akan memperoleh pahala. Begitu besarnya manfaat membaca Al-Qur’an sehingga amaliyah ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan secara rutin oleh umat Islam baik anak-anak, remaja dan lebih-lebih orang tua. Membaca Al-Qur’an dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan saling menyimak (sema’an).
Perkembangan teknologi yang sangat maju saat ini membawa perubahan cara hidup umat Islam termasuk dalam hal cara membaca Al-Qur’an khususnya bagi generasi Milenial, generasi Z, bahkan generasi A (Alfa). Mereka terbiasa membaca Al-Qur’an melalui perangkat gawai, yaitu telepon pintar (smartphone) yang hampir selalu mereka bawa. Tersedianya aplikasi Al-Qur’an dalam smartphone membuat Al-Qur’an dapat dibaca setiap saat, baik dalam rangka mendaras (tadarus) maupun ketika sekedar mencari ayat tertentu yang sedang dibutuhkan tanpa harus membawa mushaf Al-Qur’an.
Membaca dengan menyentuh mushaf Al-Qur’an tidak diperkenankan kecuali bagi orang yang suci dari hadas besar maupun hadas kecil. Larangan tersebut tertuang dalam Q.S. al-Waqi’ah(56):79: “tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. Begitu juga ditegaskan oleh baginda Nabi Muhammad s.a.w dalam hadisnya: “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci”. Ulama empat mazhab menyepakati orang yang sedang berhadas baik hadas besar ataupun kecil tidak boleh menyentuh Al-Qur’an. Namun tentang membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh, mereka sepakat memperbolehkannya. Menyentuh mushaf menurut mayoritas ulama adalah menyentuhnya dengan bagian dalam telapak tangan maupun bagian tubuh lainnya.
Jika orang yang sedang berhadas dilarang untuk menyentuh mushaf Al-Qur’an, lalu bagaimana dengan membaca (menyentuh) Al-Qur’an via smartphone tanpa wudu, bolehkah? Penulis tidak akan menjawab pertanyaan ini dengan mengkaji dalil-dalil dari sumber-sumber hukum Islam, namun dalam tulisan ini akan disajikan tinjauan terhadap elemen-elemen grafis digital dan kondisi-kondisi dalam siklus hidup (lifecycle) aplikasi Al-Qur’an digital, sehingga dapat disimpulkan pada kondisi apa Al-Qur’an digital dapat disamakan dengan mushaf Al-Qur’an.
Mushaf Al-Qur’an vs Al-Qur’an Digital
Mushaf secara harfiah berarti nama untuk kumpulan dari lembaran yang tertulis dan diapit dua sampulnya. Kata mushaf tidak disebutkan dalam Al-Qur'an namun jamaknya "suhuf" (dari akar "sahifah", dari mushaf juga berasal) disebutkan dalam beberapa ayat.
Secara fisik, mushaf terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dituliskan diatasnya seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Ayat Al-Qur’an dalam mushaf ditulis menggunakan tinta yang dapat merupakan tulisan tangan atau hasil cetakan mesin. Tulisan dalam mushaf bersifat permanen sehingga tidak bisa dengan mudah dihapus dan ditulis kembali. Hal ini berbeda dengan Al-Qur’an digital yang dapat secara mudah tampil dan hilang dari layar smartphone pengguna.
Aplikasi Al-Qur’an digital adalah aplikasi yang dapat menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an di layar smartphone berdasarkan surat dan ayat yang dipilih oleh pengguna dari menu yang disediakan. Biasanya menu berupa nama surat dan kadang disertai nomor ayat. Selain ayat-ayat, aplikasi ini juga menampilkan terjemah dan kadang juga tafsir dari ayat yang ditampilkan. Tersedia banyak pilihan aplikasi Al-Qur’an digital yang dapat diunduh dari toko/pasar aplikasi (application store/market) baik yang berbasis Android maupun IOS.
Berbeda dengan mushaf, ayat-ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar aplikasi dalam bentuk citra digital (digital image). Citra digital disusun dari sekumpulan piksel (pixel) yang memiliki warna tertentu, misal warna hitam untuk objek dan warna putih untuk latar belakang. Piksel adalah unsur gambar atau representasi sebuah titik terkecil dalam sebuah gambar grafis yang dihitung per inci. Layar terdiri dari ribuan piksel yang terbagi dalam baris-baris dan kolom-kolom. Jumlah piksel yang terdapat dalam sebuah monitor dapat kita ketahui dari resolusinya. Jika resolusinya adalah 1024x768 (1024 baris kali 768 kolom), maka jumlah piksel yang ada dalam layar monitor tersebut adalah 786432 piksel. Semakin tinggi jumlah piksel yang tersedia dalam layar, semakin tajam gambar yang mampu ditampilkan. Banyaknya ayat yang dapat ditampilkan di layar dalam satu waktu bergantung pada ukuran layar dari smartphone. Ukuran layar biasanya dalam satuan inci. Ukuran layar yang lebih besar akan dapat menampilkan ayat dengan jumlah lebih banyak dalam satu waktu.
Aplikasi Al-Qur’an digital bekerja dengan mengeksekusi perintah-perintah program (machine code), oleh prosesor, yang tersimpan dalam memori internal. Prosesor menjalankan perintah berdasarkan menu yang dipilih oleh pengguna (interaksi pengguna). Misal ketika pengguna memilih menu surat al-Fatihah, maka prosesor akan menjalankan perintah program untuk menampilkan ayat-ayat surat al-Fatihah pada layar. Layar yang menampilkan ayat-ayat tersebut sama seperti selembar kertas yang tertulis ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan tinta. Ketika pengguna memilih surat yang lain, misal al-Baqarah, maka prosesor akan menjalankan perintah menampilkan/menulis ayat-ayat dalam surat al-Baqarah pada layar yang sama. Hal ini seperti membuka lembaran lain dalam mushaf yang berisi surat al-Baqarah.
Tiga Kondisi
Jika diamati ada tiga kondisi (state) dalam aplikasi Al-Qur’an digital terkait tampilnya ayat-ayat Al-Qur’an pada layar. Yang pertama adalah saat aplikasi baru diaktifkan (onCreate dan onStart) dan layar menampilkan ayat-ayat Al-Quran sesuai pilihan pengguna. Kedua adalah saat aplikasi lain dijalankan sehingga ayat-ayat Al-Quran yang sebelumnya tampil menjadi tersembunyi dibawah/ tertutup oleh tampilan aplikasi lain (onPause dan onStop). Ketiga adalah saat pengguna menutup aplikasi Al-Qur’an digital (onDestroy), maka benar-benar ayat-ayat yang sedang tampil ataupun yang tertutup aplikasi lain, hilang. Pada kondisi ketiga ini hanya machine code dari aplikasi Al-Qur’an digital yang masih ada dalam penyimpanan internal smartphone yang sewaktu-waktu akan dieksekusi lagi dan aplikasi akan masuk kondisi onStart lagi.
Pada kondisi pertama, ketika pengguna menyentuh smartphone yang menampilkan surat Al-Fatihah misalnya, maka sama dengan dia menyentuh mushaf Al-Qur’an pada bagian lembaran surat Al-Fatihah. Jika menyentuh lembaran mushaf yang tertuliskan surat al-Fatihah harus berwudu, maka menyentuh layar smartphone pada kondisi pertama ini juga harus berwudu. Termasuk dalam kondisi pertama adalah ketika aplikasi masuk status onResume setelah onPause atau onRestart setelah onStop yaitu kondisi dimana aplikasi menampilkan kembali ayat-ayat Al-Qur’an setelah sebelumnya tertutup dibawah aplikasi lain.
Pada kondisi kedua, saat pengguna menyentuh smartphone maka dia seperti menyentuh benda, misal buku/koran yang dibawahnya ada mushaf Al-Qur’annya dan mungkin ada juga buku-buku lain. Jika menyentuh buku/koran yang dibawahnya ada mushaf Al-Qur’an (sehingga mushaf tersentuh secara tidak langsung) harus berwudu, maka menyentuh layar smartphone pada kondisi kedua ini juga harus berwudu.
Pada kondisi ketiga, saat pengguna menyentuh smartphone, maka sama seperti dia menyentuh daftar perintah yang sangat banyak jumlahnya (karena dalam smartphone terpasang beraneka macam aplikasi), yang salah satunya adalah perintah untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an (ingat hanya perintahnya, bukan tulisan ayat Al-Qur-an). Menurut logika sederhana, menyentuh kertas atau benda lain berisi perintah untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an tidak sama dengan menyentuh ayat-ayat Al-Qur’an (mushaf) itu sendiri. Dengan demikian membawa/menyentuh smartphone yang terinstal aplikasi Al-Qur’an digital, selama sedang tidak diaktifkan/di-run, maka tidak bisa disamakan dengan membawa/menyentuh mushaf Al-Qur’an. Wallohu A’lamu bi as-Showab.
Nurochman
Email: nurochman@uin-suka.ac.id
Dosen Prodi S1-Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta